NABIRE – Menyimak kondisi daerah Kabupaten Dogiyai belakangan ini yang diwarnai dengan aneka konflik dan ketidaktenangan suasana di tengah masyarakat Kabupaten dibutuhkan sebuah tim terpadu untuk menanganinya. Mulai dari pembakaran sejumlah rumah warga, penembakan warga di Mauwa, pembakaran kios di tiga lokasi (Moanemani, Kamu Utara dan Bomomani), palang memalang hingga berakibat menewaskan nyawa seorang warga, terbakarnya kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dogiyai dan terakhir ludesnya Kantor Bupati Dogiyai, beberapa hari lalu.
Sederatan peristiwa kelam ini belum terbuka ke publik, siapa pelaku dan apa motifnya dari setiap kejadian sehingga terkesan Dogiyai dalam konflik.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Dogiyai, Yulianus Boga saat dimintai tanggapannya atas kondisi Dogiyai beberapa waktu di Nabire, pekan lalu mengatakan perlu ada Tim Terpadu terhadap pengamanan masalah keamanan di Dogiyai. Semua unsur perwakilan seperti pemerintah daerah, DPRD, TNI/Polri, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh wanita, tokoh agama dan semua perwakilan duduk bersama dan di tampung dalam satu Tim Terpadu.
Menurut Ketua DPRD Dogiyai, ketika terjadi peristiwa/konflik seperti palang memalang, pembunuhan, pembakaran apa-apa, polisi ada dibelakang dan tim terpadu kedepan melihat sebab musababnya. Sebab, ketika polisi di depan, pihak korban dan polisi bisa saling menyerang.
Boga menambahkan, tim terpadu diharapkan melahirkan pokok-pokok pikiran yang sifatnya mengikat seseorang apabila melanggar seperti ini maka sanksinya seperti itu. Dan pokok-pokok pikiran ini harus dituangkan melalui kesepakatan bersama dalam tim terpadu.
Menurutnya, dengan dibentuknya tim terpadu ke depan apabila ada peristiwa, jangan polisi sendiri maju, pihak korban sendiri maju lawan polisi, tetapi Tim Terpadu jadi penengah.
Ketika ditanya, siapa yang layak sebagai ketua tim terpadu, Boga mengatakan hal ini akan ditentukan melalui rapat terpadu. Ketua Tim Terpadu bisa dari eksekutif atau dari tokoh-tokoh masyarakat. (ans)