*) Oleh : dr. Suspina Pasande
Kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang biasanya menyerang sistem saraf tepi dan kulit. Namun, dapat juga menyerang organ lain seperti sistem saluran pernapasan bagian atas, mata, testis dll kecuali sistem saraf pusat (otak).
Kusta dapat menular tetapi sulit menular. Sebab penularannya melalui kontak erat langsung kulit dengan kulit dalam waktu yang lama dan juga dapat menular secara inhalasi melalui droplet (percikan ludah) dalam waktu yang lama dengan frekuensi sesering mungkin.
Kusta secara umum mempunyai gejala seperti bercak kulit warna putih yang mati rasa, alis mata dan rambut rontok, wajah berbenjol-benjol, hidung masuk ke dalam, kehilangan jari tangan maupun kaki, dan gangguan sistem saraf tepi seperti mata sulit menutup, tangan dan kaki seperti cakar, ketidakmampuan mengangkat tangan dan kaki ke atas.
Kusta menjadi stigma negatif di masyarakat, yang dapat berakibat pada aspek psikososialekonomi. Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan terapi diantaranya ketidakteraturan minum obat kusta, pemberhentian obat kusta oleh pasien sendiri karena gejala makin berat, dan efek samping obat kusta. Oleh sebab itu, pentingnya mengenal gejala kusta yang muncul sebelum, saat, dan setelah minum obat kusta dan mengetahui efek samping obat kusta.
Gejala yang muncul saat minum obat kusta seperti bercak putih yang berubah menjadi lebih merah, nyeri, menebal, bertambah luas dan banyak, atau muncul benjolan –benjolan berwarna merah yang terasa nyeri dan dapat disertai demam, malaise(lemas), mialgia(nyeri otot), atralgia(nyeri sendi),edema(bengkak) pada kaki atau tangan, limfadenopati(pembesaran kelenjar getah bening). Gejala –gejala tersebut yang timbul dinamakan reaksi kusta. Reaksi kusta dapat terjadi sebelum pengobatan, tetapi terutama terjadi selama atau setelah pengobatan. Reaksi kusta menjadi tanda bahwa sistem imunitas ditubuh baik. Sebab reaksi kusta terjadi ketika sel darah putih ditubuh melawan bakteri Mycobacterium leprae. Reaksi kusta berpotensi menimbulkan disabilitas sehingga penting untuk diobati. Reaksi kusta bukan merupakan efek samping dari obat kusta, sehingga bila muncul gejala reaksi kusta obat kusta tetap dilanjutkan dengan pemantauan dokter ditambah dengan obat untuk mengatasi gejala reaksi kusta yaitu obat untuk mengurangi peradangan. Bila muncul gejala reaksi kusta, segera menemui unit pelayanan kesehatan terdekat.
Efek samping obat kusta dengan gejala sedang hingga berat yaitu gangguan fungsi hati dan menurunnya jumlah sel darah merah. Efek samping tersebut dapat memberikan gejala mata kuning, nyeri perut kanan atas, buang air kecil berwarna seperti teh pekat. Efek samping dengan gejala ringan seperti mual, muntah, perubahan warna kulit menjadi lebih coklat, dan perubahan urin menjadi merah.
Mengingat efek samping yang timbul saat minum obat kusta, maka penting untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati sebelum memulai pengobatan. (Sumber : Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin edisi ke-7 FK UI 2017 Fitzpatrick’s Dermatology edisi ke-9)